NEXT EVENT

Cooming Soon....
Pengabdian Masyarakat (PENMAS V) bertempat di Bone tanggal 3-9 Maret 2010, mohon doa n dukungannya untuk kelancaran kegiatan ini...
Filed under: by: Korps Sipil Kawula Alam


Sejarah PENCINTA ALAM di Indonesia

Artikel ini dibuat dari hasil wawancara Norman dengan Awibowo di
Jogja. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama
di tanah air. Nama perkumpulannya yaitu "Perkumpulan Pentjinta
Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. "Selesai revolusi kami ingin
mengisi kemerdekaan dengan kecintaan terhadap negeri ini. Itu kami
wujudkan dengan mencintai alamnya,"kata Awibowo yang saat wawancara
sudah berusia hampir 80 tahun.
Saat pendirian, Awi baru selesai pendidikannya di Universitas
Indonesia di Bogor (sekarang IPB). Diskusi ramai digelar bersama
teman2nya, ada yang mengusulkan 'penggemar alam, pesuka alam'dsb.
Tapi Awi mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam
maknanya daripada gemar/suka. Gemar/suka mengandung makna eksploitasi
belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut
untuk mengabdi kepada negeri ini?"kata dia.
Istilah pencinta alam akhirnya dipakai. Tapi bagaimana reaksi
masyarakat saat itu. Ternyata orang2 masih merasa aneh karena saat
itu istilah cinta masih dikaitkan selalu dengan asmara. Tapi Awibowo
dkk terus bergerak.
Dalam kartu anggota PPA, dikatakan PPA merupakan perkumpulan
kesukaan /hobby. Hobby diartikan suatu kesukaan positif serta suci,
lepad dan sunyi dari 'sifat maniak'yang semata2 melepaskan nafsunya
dalam corak negatif.
Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta
terhadap alam seisinya dalam kalangan anggauta2nya dan masyarakat
umumnya.
Satu kegiatan besar yg pernah diadakan PPA adalah pameran tahun 1954
dalam rangka ulang tahun kota Jogja. Mereka membuat taman dan
memamerkan foto kegiatan. Mereka juga sempat merenovasi
argadhumilah/tempat melihat pemandangan di Desa Patuk, tepat di jalan
masuk Kabupaten GunungKidul.
PPA sempat meluas hingga anggota datang dari Jogja dan kota lain.
Mereka juga sempat menerbitkan majalah "Pentjinta Alam"yang terbit
bulanan.
Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain
faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung
sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1950.

0 komentar:

Refleksi SKala 08 - 09